Friday 4 March 2011

Cara kerja detektif swasta Indonesia

Senin, awal Oktober 2007, pukul 12.40 WIB. Mobil Honda Jazz berwarna perak memasuki areal parkir sebuah mal di kawasan Senayan, Jakarta Pusat. Mobil berputar sebentar, sebelum akhirnya parkir di suatu sudut, di lantai bawah tanah. Pengemudinya, perempuan berusia awal 30-an, turun dari mobil. Ia langsung melangkah menuju pintu masuk mal, sambil menelepon.

Perempuan hitam manis itu, sebut saja namanya Mita, berjalan sedikit tergesa-gesa. Seolah tak menghiraukan sekelilingnya, ia terus menuju lantai dasar. Siang itu kebetulan suasana mal tidak seramai biasanya. Hanya tampak sejumlah pekerja kantoran menghabiskan waktu makan siang.



Sekitar sepuluh meter menjelang pintu masuk sebuah kafe waralaba ternama, seorang pria berperawakan tinggi, berwajah indo, menyambut Mita. Ricky, nama pria itu, sikapnya wajar, selayaknya teman yang biasa bertemu. Keduanya lalu melangkah masuk ke dalam kafe, disambut pelayan yang langsung menanyakan pesanan. Namun tidak sampai satu menit terlibat pembicaraan, Mita dan Ricky tiba-tiba terlihat berdiri. Mita bergegas menuju meja kasir dan membatalkan pesanan, sambil tersenyum dan berulang kali meminta maaf. Seolah tak ingin berlama-lama di tempat itu, keduanya segera menuju mobil Mita. Ricky yang memegang kemudi.

Berkecepatan sedang, mobil meluncur meninggalkan Senayan menuju kawasan Slipi. Titik-titik kemacetan lalu lintas selepas jam makan siang, sempat membuat lajunya terhambat. Di tengah antrean kendaraan umum di sebuah perempatan lalu lintas, mobil masuk ke sebuah hotel bintang tiga. Berputar-putar sejenak di halaman samping, lalu parkir di sebuah sudut yang terlindung dari pandangan orang ramai. Di hotel, keduanya check in memakai KTP dan kartu kredit milik Ricky. Selama transaksi di resepsionis, Mita terlihat berdiri menjauh sambil memperhatikan beberapa lukisan yang dipasang di dinding. Sejurus kemudian Ricky memberi isyarat, lalu keduanya menuju kamar melalui lift tanpa diantar room boy. Waktu menunjukkan pukul 13.20.

Dua anak manusia yang tengah dilanda gairah itu, pastilah tidak menyadari keberadaan sepasang mata yang terus mengawasi keintiman mereka. Sejak meninggalkan rumah, gerak-gerik Mita terus dalam pengamatan Tony Sanjaya, seorang penyelidik profesional. Ia melakukan pengawasan itu atas permintaan Fred, suami Mita, seorang ekspatriat dan sedang bertugas di Hongkong.

Mungkin tidak pernah terbayangkan, pekerjaan pengintaian ala film-film detektif, seperti yang dilakukan Tony, nyata terjadi di sekitar kita. Padahal, setidaknya sudah sepuluh tahun belakangan, bisnis penyelidikan profesional terus tumbuh subur di Indonesia. Ada yang dijalankan perusahaan jasa keamanan, ada pula yang dilakukan perorangan seperti Tony.

Tak ada sebutan resmi untuk profesi ini. Bisa penyelidik profesional, detektif swasta, atau private investigator. Yang jelas, pekerjaan mereka mulai dari pengintaian, pencarian orang hilang atau menghilang (biasanya karena utang), menelisik data diri seseorang, menganalisa kondisi perusahaan, dan sebagainya. Semua dikerjakan dengan tarif yang tidak murah tentunya.

“Sebenarnya bukan selalu karena uang. Saya menikmati tantangan untuk memecahkan suatu masalah. Kalau ketemu jawabannya, rasanya puas sekali,” tutur Tony, penyelidik yang banyak menangani kasus-kasus rumah tangga (matrimonial). Seperti kasus Mita yang dicurigai suaminya main serong selama ditinggal pergi, dan akhirnya terbukti.

Jika pekerjaan dan harga sudah disepakati, penyelidik biasanya akan meminta data seputar target. Misalnya jati diri, kebiasaannya, kendaraan yang dipakai, atau informasi-informasi lain sekecil apa pun yang bisa membantu penyelidikan. Walau tak jarang klien ternyata hanya punya nama target saja (nama panggilan pula) sehingga penyelidik harus bekerja keras menemukan dan menggali informasi lain dari nol.

Nah, jika semua sudah oke, kini penyelidik dan timnya mulai bergerak. Tapi, tunggu dulu! Mohon jangan membayangkan penampilan mereka seperti detektif-detektif di film Hollywood, yang berrwajah seram, jago berkelahi dan cepat main cabut pistol. “Biar tidak mencolok, penampilan biasa saja atau malah menyesuaikan sama lingkungan di sekitarnya,” jelas Tony yang sudah enam tahun menjalankan bisnis ini. “Semakin tersamar, semakin baik.” Selebihnya, penyelidik banyak mengandalkan logika dan kreativitas untuk menggali informasi dan mengatasi segala kesulitan di lapangan.

Jadi akrab dengan pria selingkuhan isteri sendiri

“Halo, selamat siang Pak. Bisa saya bantu?” resepsionis bertanya ramah di telepon. “Ya, begini Mbak, teman saya Ricky, siang tadi chek in di hotel ini. Saya lupa di kamar berapa. Catatannya hilang, padahal saya harus segera ketemu. Bisa tolong dicek, Mbak!” pinta Tony lewat ponselnya.

“Baik, sebentar.” Sejenak resepsionis mengetikkan sesuatu di komputernya, lalu, “Halo, tamu atas nama Pak Ricky ada di kamar 6012. Mau saya hubungkan Pak?”

“Oh, tidak terima kasih. Saya langsung ke sana saja.”

Tit. Telepon ditutup.

Tony mencatat informasi tadi di buku kecil untuk bahan laporannya ke klien. Salah satu hasil pekerjaan seorang penyelidik adalah laporan tentang segala hal menyangkut target selama jangka waktu tertentu. Atau sampai target telah terbukti berbuat sesuatu. Kadang ada klien yang hanya meminta mencari keberadaan seorang target sampai ketemu.

Laporan ke klien memuat detail segala hal tentang target. Segala tindakan yang dilakukan, pertemuan dengan seseorang, kendaraan yang dipakai, barang-barang yang dibeli, uang yang ditransfer, dsb. Setiap aktivitas dilengkapi catatan waktu serta foto sebagai bukti penguat. Foto tidak perlu terlalu bagus, yang penting terlihat jelas obyeknya. Kalau memang diperlukan, penyelidik juga bisa menyediakan salinan dokumen tertentu.

Tony berkisah, pernah mendapat klien yang mencari seseorang (keduanya pria warga negara asing) di Indonesia. Singkat cerita, Tony berhasil menemukannya. Malah dalam laporannya, seperti permintaan klien, komplet termuat seluruh data diri dan keluarga target, termasuk jadwal ekstrakulikuler sekolah sampai jajanan kesukaan anaknya. Tapi belakangan Tony tahu, klien rupanya mendendam karena target telah berselingkuh dengan istri klien. Tony pun berusaha sekuat tenaga agar klien tidak berbuat macam-macam. Apalagi klien merupakan anggota sebuah dinas rahasia negara asing yang mempunyai jaringan kuat untuk berbuat kekerasan.

Untunglah klien menurut. Alhasil, laporan penyelidikan dipakai untuk menggertak target saja. “Kalau kamu menggoda istri saya lagi, tahu sendiri akibatnya!” ancam klien seraya menunjukkan laporan penyelidikan yang seolah “menelanjangi” target.

Mata target terbelalak. Ia terkejut bukan main, sadar akan kesalahannya, lalu minta maaf. Persoalan dianggap selesai. Bahkan target akhirnya sempat curhat bahwa perselingkuhannya itu sebenarnya dipicu oleh tindakan istrinya yang berselingkuh juga. Mungkin karena persamaan nasib itu, kabarnya saat ini antara klien dan target malah berteman baik. Fiuuuh… Tony bernapas lega.

Pengintaian harus matang, cara kencing pun dipikirkan

Tak salah ungkapan yang menyatakan: menunggu memang pekerjaan membosankan. Tapi bagi penyelidik, menunggu sudah menjadi santapan harian. Terutama saat melakukan pengintaian. Berjam-jam, atau berhari-hari berada di tempat yang sama, harus dilakoni. Dalam sebuah pengintaian, persiapan haruslah matang. Makanan, minuman, termasuk cara buang air kecil, harus dipikirkan benar. Beberapa jam sekali, dilakukan pergantian shift dengan teman satu tim. Selain agar pengintai tidak kelelahan, juga untuk menghindari kecurigaan orang.

Mobil untuk mengintai biasanya berjenis minibus seperti Toyota Kijang atau Isuzu Panther. Memakai mobil sedan justru dapat menarik perhatian. Mobil juga harus diganti setiap hari, karena itu biasanya dipakai mobil sewaan. Jika harus bergerak membuntuti target, sepeda motor ikut dikerahkan agar tidak kehilangan jejak.

Kewaspadaan tetap harus terjaga meski harus menunggu sekian lama di suatu tempat. Penyelidik tidak boleh lengah agar target tidak terlepas dan tetap selalu harus mencatat perkembangan sekecil apa pun. Prinsipnya, informasi sekecil apa pun yang didapat, bisa mengarahkan ke informasi baru.

Tapi yang tak kalah penting, perlu dipastikan bahwa pengintaian itu tidak diketahui pihak lain. Maka harus selalu dibuat pengintaian berlapis, yakni seorang pengintai harus diawasi rekan satu tim untuk memastikan keamanannya. Counter surveillance semacam ini sebenarnya ada dalam teori dasar pengintaian di mana pun. Cuma satu orang yang tidak melakukannya, yaitu James Bond. Dan itu di film!

Jika target pergi ke luar kota, atau ke luar negeri, penyelidik harus pula membuntuti. Biaya pengintaian memang mahal dan bisa membengkak. Namun biasanya penyelidik minta persetujuan klien terlebih dahulu. Maklum, pengeluaran ini biasanya di luar kesepakatan pada harga awal. Bagi Tony, mengintai di “kampung lain” mendatangkan tantangan tersendiri. Walau sebenarnya tingkat kesulitan di beberapa kota di Asia Tenggara kurang lebih sama dengan Jakarta. Tapi ceritanya akan lain jika harus masuk ke Singapura.

Prosedur keamanan Negeri Singa terkenal sangat ketat. Penciuman pihak intelijen tajam. Polisi juga bergerak cepat. Tony merasa perlu untuk mempelajari seluk beluk negeri itu secara cermat sebelum beraksi. Soal sistem transportasi, jalan-jalan alternatif, kecepatan reaksi polisi, dan sebagainya. “Semua bahannya ada dari internet,” jelas penyelidik yang seluruh ilmunya didapat secara otodidak ini.

Salah satu seni yang harus dikuasai penyelidik adalah mengorek informasi dari berbagai sumber. Tetangga, sopir, pembantu, atau pegawai di perusahaan target, merupakan pihak yang wajib didengar keterangannya. Tapi tidak tertutup kemungkinan segala ocehan yang muncul dari musuh-musuh target. Terhadap orang-orang itu, penyelidik menjalin pertemanan tanpa harus membuka penyamaran.

Kadang informasi juga harus didapat dari institusi pemerintah. Di sini berlaku satu rumus: ada uang, ada kawan. Artinya, selain harus berteman dengan orang dalam yang mempunyai akses ke gudang data, jangan lupa selipkanlah beberapa lembar rupiah sebagai tanda terima kasih. Dijamin informasi akan mengalir deras tanpa banyak pertanyaan lagi. Sistem administrasi di Indonesia yang umumnya amburadul, adalah keuntungan sekaligus kerugian bagi penyelidik. Keuntungannya, karena begitu kacau, banyak orang yang mempunyai akses, sehingga penyelidik relatif mudah melakukan pendekatan ke orang dalam untuk mendapat informasi. Tapi kerugiannya, banyak data yang ternyata tidak valid.

Bekas wartawan dan aktivis LSM

James D. Filgow, direktur pada sebuah perusahaan jasa keamanan di bawah grup Consolidated Services Indonesia (CSI), merekrut penyelidik dari berbagai latar belakang. Tapi umumnya mereka sudah terbiasa bekerja di lapangan, cermat melihat situasi, serta luwes melobi berbagai pihak untuk menggali informasi. Ada mantan aktivis politik, pekerja LSM, sampai bekas wartawan. Khusus bekas wartawan dinilai punya nilai lebih, karena lebih jeli mencatat detail dan mampu memberi warna pada laporannya.

Karena terkait urusan bisnis, penyelidik seringkali harus berinteraksi dengan target. Mereka harus menyamar menjadi calon rekanan bisnis, pemasok barang, atau kadang pembeli. Memainkan peran seperti ini tentu dibutuhkan mental yang cukup, walau sebenarnya target tidak akan mudah curiga. Tantangan terbesar justru untuk mendapatkan dokumen. Penyelidik harus bisa mendekati orang-orang yang memiliki akses untuk mendapatkannya. Sejauh tidak mengambil sendiri secara diam-diam, menurut James, masih diperbolehkan. “Kalau ada orang dalam (yang meng-copy) itu boleh,” tuturnya.

Pergerakan para penyelidik di lapangan akan terus dipantau penyelia dan ahli hukum perusahaan agar tidak menabrak aturan hukum. Penyelia, yang juga seorang penyelidik senior, ikut membantu mengarahkan serta memberi analisa dalam laporan akhir. Bila membutuhkan dukungan tenaga atau informasi, penyelidik juga dibantu sejumlah pihak luar, istilahnya agen.

Berjalan lurus pada koridor hukum saja belum tentu jaminan aman. Tahun 1994, beberapa anak buah James ditangkap aparat keamanan ketika mencari bukti penerbitan dokumen pengiriman barang yang dipalsukan, terkait pembayaran letter of credit (LC). Mereka sempat ditahan, diinterogasi 18 jam, tanpa prosedur resmi. Rupanya, target mengetahui kalau dirinya menjadi sasaran, lalu berupaya menghentikannya dengan mempergunakan polisi. Namun toh upaya itu tidak berhasil, karena akhirnya pengadilan tetap menyatakan target bersalah dalam kasus penipuan LC. Antara lain justru karena hakim menerima laporan tentang adanya pencidukan itu.

Penyelidik di Indonesia umumnya memang masih bergerak pada kasus perdata. Lain di Amerika Serikat, yang warganya biasa minta bantuan penyelidik untuk mencari suatu bukti jika tidak puas dengan hasil kerja polisi untuk kasus-kasus seperti pembunuhan, penculikan, atau kekerasan. Di Filipina, penyelidiknya juga biasa menangani pencarian dan negosiasi dalam kasus-kasus penculikan anak yang memang menonjol di negara itu.

Walau belum ada aturan resminya, aktivitas penyelidikan yang dilakukan perusahaan jasa keamanan sesungguhnya bukan tidak diketahui Polri. Sebagian penyelidik CSI pernah mengikuti kursus dari Polda Metro Jaya. Mereka diajari dasar-dasar penyelidikan, aturan-aturan hukum, serta perkenalan senjata api. Walau menurut James, penyelidik swasta tidak akan pernah memerlukan senjata saat bertugas. “Senjatanya ya otak kita ini.”

Tips Menyewa Seorang Detektif Swasta.

Kita semua membayangkan bagaimana gaya seorang penyelidik swasta. Memegang kaca pembesar, topi menutupi matanya, menggunakan kacamata hitam. Tapi bagaimana kalau Anda benar-benar membutuhkan jasa detektif swasta? Siapa yang Anda telepon? Bagaimana tahu kalau mereka ada gunanya? Berikut adalah cara untuk melacak detektif swasta yang berkualitas.

1. luangkan waktu anda. Sudah pasti anda menginginkan dengan cepata apa yang Anda butuhkan. Tapi jangan biarkan perasaan urgensi membimbing Anda untuk bekerja dengan orang yang salah. Tanyakan teman-teman dan kenalan Anda jika mereka memiliki rekomendasi pribadi untuk detektif swasta, Anda harus menghubungi. Periksa asosiasi negara - sebagian besar negara memiliki mata organisasi swasta yang bisa membuat petunjuk  menggunakan nama negara bagian di pencarian Google, bersama dengan asosiasi swasta untuk menemukan grup di daerah anda.

2. Jangan lupa di Yellow Pages. Buku nomer-nomer telepon bisa memberikan pengertian yang baik bagi perusahaan yang mapan dan sanggup iklan besar, dan mana yang hanya satu baris daftar. Sementara perusahaan-perusahaan kecil mungkin mempunyai layanan ahli untuk menawarkan,

3. Verifikasi. Periksa perusahaan yang anda inginkan untuk memastikan mereka benar berlisensi. Selain itu, mencari tahu dari perusahaan nama individu yang akan bekerja dalam kasus Anda, dan memeriksa identitasnya juga. Selain informasi yang tersedia secara langsung dari perusahaan, cek dengan otoritas perizinan Negara penyelidik swasta

4. negosiasi harga. Penyelidik swasta umumnya biaya per jam atau hari, dengan biaya biasanya mulai dari $ 50 sampai $ 150 per jam. Ia menambahkan dengan cepat, jadi pastikan Anda bernigosiasi dari awal.

5. Kontrak tertulis. Mendapatkan persetujuan dengan perusahaan secara tertulis, dan memeriksanya dengan hati-hati sebelum penandatanganan. Jika perusahaan perlu untuk mengakses account pribadi Anda, seperti kartu kredit dan rekening bank (dan kadang-kadang, mereka mungkin memiliki kebutuhan yang sah untuk melakukannya), pastikan perjanjian membatasi akses mereka atau menggunakan account tersebut.

6.Mengerti akan  hukum. Kita harus mengerti akan hukum untuk mencegah pelanggaran kontak, sehingga apabila terjadi pelanggaran kontrak atau tidak sejalan dengan perjanjian kita bisa menuntut pertanggungjawabannya dan kuat secara hukum


Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment