Saat konsol dibilang benda setan
Pernahkan dalam hidup kamu ditegur entah orang tua entah orang lain kalau kamu terlalu banyak main game? Itu hal biasa dalam hidup para gamers. Sepanjang sejarah, game memang dicap sebagai pengrusak. Kalau dalam perkimpoian. games ibarat wanita penggoda. Mereka duduk di ruang tamu saja sudah membuat istri curiga setengah mati hanya karena hadir di situ. Satu konsol nangkring di depan TV, orang rumah bisa memantau itu terus dan berharap tidak dimainkan sepanjang hari.
Stigma buruk atas konsol atau peranti games lainnya memang masih melekat, namum pada kenyataannya alat ini punya kontribusi yang lebih dari yang dibayangkan. Pastinya benda ini jauh lebih berguna ketimbang nonton sinetron atau acara talenta bohong-bohongan yang bisa ada di tv berjam-jam. Itu malah lebih adiktif dan nggak ada nilainya sama sekali. PS3 dan kawan-kawannya memang telah terbukti mampu memberikan kontribusi secara ekonomi dan industri bagi produsennya, selain juga mampu memberikan fungsi lain kepada penggunanya di luar hiburan semata. Bagaimana Playstation Menyelamatkan Sony
Di awal 90-an, dunia game dibuat bosan dengan ramainya jenis-jenis konsol baru. Istilahnya console wars . Sampai sekarang console wars memang tetap ada tetapi kontestannya hanya tiga biji. Di masa itu, sistem data konsol ramai-ramai beralih dari kaset yang notabene merupakan peranti keras, menjadi CD yang peranti lunak. Sony Playstation waktu itu muncul jadi jawara, dan membuat produsen klasik seperti Atari harus hengkang dari peta persaingan konsol selamanya. Kurangnya judul game keren, harga yang kurang kompetitif, dan teknologi yang setengah-setengah menyebabkan konsol seperti 3DO bernasib mengenaskan.
Kesuksesan Playstation mengawali digdaya Sony di dunia konsol. Saat teknologi beralih ke PS2, kembali Sony merajai pasar. Playstation 2 bahkan sampai kini dicatat sebagai konsol terlaris sepanjang masa. Dua konsol ini membuktikan bahwa video games memiliki nilai jual dan sudah integral dalam sistem peradaban. Secara finansial, divisi konsol Playstation menjadi lumbung uang untuk Sony.
Playstation 3 Membantu Menyembuhkan Kanker
Ketika orang sadar kalau teknologi Playstation 3 jauh di depan, maka orang memanfaatkan konsol ini di luar fungsi aslinya. Dr. Gaurav Khanna, seorang astrofisika di University of Massachusetts menggunakan delapan PS3 untuk membantunya melakukan kalkulasi super rumit dalam risetnya. Alasan dia menggunakan itu karena PS3 mampu bekerja jauh lebih cepat dari komputer biasa dengan biaya jauh lebih murah ketimbang sebuah prosesor super.
Fungsi lain dari Playstation 3 yang juga masih bisa digunakan sekarang adalah fitur Folding@Home. Coba cek ke Life at Playstation dong jangan cuma main RDR melulu. Fitur ini mampu membuat PS3 kita melakukan komputasi canggih untuk menghitung proses protein folding. Dengan memecahkan kalkulasi rumit ini, maka dunia medis bisa mengerti bagaimana proses protein folding tersebut. Kalau sudah dipecahkan, maka kemungkinan untuk mencari pencegahan berbagai penyakit termasuk kanker semakin terbuka. Sebenarnya bisa sih komputasi ini dilakukan lewat PC, namum PS3 mampu melakukannya 10x lebih cepat dan lebih efektif.
Konsol Mengakibatkan Kekerasan? Mitos
Memang ada kasus penembakan di Amerika Serikat yang pelakunya adalah gamer sejati. Tetapi, faktor lain harusnya juga dilihat. Anak itu melakukan kekerasan tidak hanya terinspirasi dari permainan, tetapi juga karena faktor psikis seperti pengucilan dan lain sebagainya. Faktanya, jutaan gamer lain ternyata orang-orang yang punya kehidupan yang normal. Dalam statistik yang dikeluarkan oleh Departemen Kehakiman, angka kriminal per 1000 orang di Amerika Serikat justru turun drastis di era munculnya game brutal seperti Doom, GTA, atau Mortal Kombat. Memang kriminalitas turun bukan karena video games, tetapi video games menginspirasikan kekerasan sepertinya lebay banget. Masyarakat memang harus belajar tidak mengkambinghitamkan sebuah media sebagai faktor kekerasan. Kekerasan terjadi karena pilihan orang, dan dialah yang harus dihukum bukan media yang dia mainkan.
Sobat Baik Dunia Militer
Video games sudah dikenal lama memiliki relasi yang mesra dengan dunia militer. Tidak jarang sebuah games yang dibuat telah mendapatkan konsultasi dengan pihak militer. Di tahun 1988 ada sebuah game yang aslinya merupakan sistem simulasi pesawat terbang, berjudul F19 Stealth Fighter. Game ini konon memakai sistem simulasi F117 Nighthawk yang disederhanakan dalam sistem kontrol PC. Di luar itu, pihak militer selalu bahu-membahu dengan pihak pengembang game untuk membuat simulasi permainan maya yang terbaik.
Pihak militer sendiri pernah merilis sebuah video games untuk memberi gambaran pada masyarakat soal kondisi perang yang sesungguhnya. America’s Army adalah game dirilis oleh Angkatan Darat Amerika Serikat bekerja sama dengan Ubisot secara cuma-cuma. Lewat simulasi perang ini, diharapkan orang yang nantinya ikut dalam rekrutmen militer Angkatan Darat sudah tahu betul bagaimana sistem pelatihan di Angkatan Darat. Dengan begitu, angka orang-orang yang sudah DO saat pelatihan bisa berkurang. Selain game ini, Angkatan Darat Amerika Serikat juga mensponsori dirilisnya game keren Full Spectrum Warrior secara cuma-cuma sebagai alternatif. Nah, TNI AD kudu belajar dari mereka, sekalian bikin COD: Operasi Ambalat sekaligus memberi pendidikan militer yang memadai ketimbang membiarkan bocah-bocah kebanyakan main PB.
Membantu Menentukan Masa Depan Dunia
Salah satu bagian dari konsep dunia maya adalah membuat orang lebih nyaman berselancar di dalamnya karena mereka tidak perlu tampil menggunakan identitas asli. Di game Second Life, orang bahkan bisa hidup secara maya. Dengan adanya masyarakat yang berinteraksi di dalam Second Life, beberapa orang pun memindahkan praktek profesi mereka ke dalamnya. Brenda Bryan seorang ahli konseling bahkan memberikan sesi terapinya lewat permainan tersebut. Doi mengatakan bahwa orang bisa lebih berani mengeluarkan uneg-unegnya di Second Life lebih lepas. Sistem avatar di Second Life juga lebih meyakinkan karena dalam interaksi tersebut orang bisa merasakan suasana terapi sesungguhnya. Hal yang tidak bisa didapatkan jika terapi hanya dilakukan lewat chat biasa misalnya. Di Second Life pernah juga orang membuat acara amal untuk menggalang dana korban Haiti.
Second Life memang juga menjadi salah satu gacoan peradaban dalam membentuk masyarakat yang memiliki standar hidup lebih baik. Secara umum, video games sendiri mampu menjadi alat bantu dalam kehidupan sosial. Teknologi-teknologi di dalam video games seperti AI, teknologi 3D yang makin realistis, interaktivitas yang makin rumit, memberikan peradaban mendapatkan tambahan energi. Lewat game, orang juga bisa memahami secara umum bagaimana proses dalam kemasyarakatan. Yap, video games adalah simulasi yang terbaik. Orang bisa ngerti bagaimana pesawat bekerja lewat Microsoft Flight Simulator. Orang juga bisa tahu banget peraturan dalam olahraga hanya dengan bermain FM. Dengan kontribusi yang melimpah ruah dari dunia video games, maka tampaknya aneh kalau orang masih menyebut konsol video games sebagai peranti tidak berguna.
No comments:
Post a Comment