tres-2b |
REPUBLIKA.CO.ID,PARIS--Planet TrES-2b yang mengorbit sebuah bintang yang jauh berwarna lebih gelap daripada batu bara, yang menunjukkan kurang dari satu persen sinar Matahari yang mencapai planet itu, demikian dilaporkan Kamis. Dunia aneh itu adalah sebuah planet gas raksasa seukuran Yupiter, bukan berbentuk karang padat seperti Bumi atau Mars, kata para astronom.
Planet itu mengorbit secara dekat pada bintang GSC 03549-02811, yang terletak sekitar 750 tahun cahaya di arah rasi bintang Draco Naga. "TrES-2b lebih gelap dibanding dengan cat akrilik hitam, sehingga planet itu merupakan dunia yang sungguh-sungguh aneh," kata David Kipping dari Pusat Astrofisika Harvard-Smithsonian dalam sebuah siaran pers yang diterbitkan oleh Masyarakat Astronomi Kerajaan Inggris (RAS).
Pertama kali terlihat lima tahun lalu, TrES-2b bergerak mengitari bintangnya pada jarak hanya sekitar lima juta kilometer. Itu merupakan jarak yang sangat dekat bila dibanding dengan jarak Bumi ke Matahari sekitar 150 juta kilometer, dan Yupiter ke Matahari sekitar 778 juta kilometer.
Temperaturnya begitu tinggi sehingga atmosfir planet itu mendidih melampaui 1.000 derajat Celsius. Tanda-tanda dari atmosfir planet itu mengarah pada keberadaan bahan kimia penyerap cahaya seperti sodium uap dan potasium atau titanium oksida.
Namun, tidak satu pun dari zat-zat ini yang bisa menjelaskan keadaan gelap planet itu, yang jauh lebih ekstrim daripada planet atau bulan apa pun di dalam sistem Tata Surya kita. "Tidak jelas apa yang membuat planet ini luar biasa gelap," kata David Spiegel dari Universitas Princeton.
"Meski demikian, planet itu tidak gelap gulita secara total. Karena begitu panasnya, planet itu memancarkan cahaya merah yang redup, mirip bara api atau kumparan membara pada sebuah kompor listrik," katanya.
Lebih dari 500 planet di luar sistem Tata Surya kita diidentifikasi sejak 1995. TrES-2b, seperti juga Bulan pada Bumi, diyakini terkunci oleh gelombang gravitasi, karena hanya satu bagian wajahnya yang menghadap bintangnya. Hasil penelitian itu, yang diterbitkan pada majalah bulanan RAS, diperoleh berdasarkan pengamatan pesawat pengorbit NASA Kepler.
No comments:
Post a Comment