Masjid Jami Air Tiris merupakan salah satu cagar budaya di Riau. Selain usianya sudah lebi seabad, daya tarik masjid ini adalah adanya sejumlah keajaiban.
Riauterkini-KAMPAR-Masjid Jami Air Tiris berlokasi di Jalan Pasar Usang Desa Tanjung Barulak, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar. Bangunan yang mayoritas terbuat dari kayu tersebut merupakan masjid tertua di Riau. Mesjid ini dibangun pada tahun 1901 dengan ornamen puncak atapnya terdapat tingkatan menara yang cukup tinggi dan bahan bangunannya terbuat dari kayu tanpa menggunakan paku besi, alias hanya menggunakan pasak kayu sebagai ganti paku.
Kepala Desa Air Tiris Muhammad Ali mengatakan, dulu Pasar Usang atau Pasar Kenagarian Air Tiris dikenal sebagai bandar pelabuhan dan perdagangan sekaligus pusat penyebaran syiar Islam di Sumatera. Waktu itu sangat ramai dikunjungi pedagang dari berbagai daerah, seperti Malaka, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, dan lainnya.
Namun sepinya aktivitas keagamaan di Masjid Jami' mulai terasa saat Pasar Kenagarian Air Tiris pada 1950 dipindahkan ke jalur lintas barat, Pekanbaru-Sumatera Barat. Kondisi itu mengubah pola hidup warga yang berpusat di sungai berpindah lebih masuk ke daratan.
Kemegahan kisah kejayaan mesjid Jami' di masa lalu bukan hanya menjadikan Kampar sebagai kota Serambi Mekah. Namun lebih dari itu, mesjid Jami' ternyata menyimpan berbagai cerita yang berbau mistik dan belum terpecahkan secara teoritis ilmiah hingga saat ini kendati beberapa peneliti sudah pernah berkunjung dan melakukan pengamatan di mesjid kebanggaan masyarakat 'Uco Deyen' Kampar Riau itu.
Ketua Pengurus Masjid Jami Air Tiris Muhammad Ali mengisahkan bahwa sejak jaman penjajahan Belanda, Mesjid Jami' sudah pernah mengalami kisah tragis. Yaitu dibakar orang Belanda. Namun berbagai upaya yang dilakukan kaum Ondernaming Belanda tersebut selalu gagal. Padahal, dengan kekuatan persenjataan dan kekuasaannya di Indonesia waktu itu memungkinkan mereka untuk dengan mudah membakar mesjid Jami.
Bukan hanya mengalami perlakuan dari penjajahan Belanda, Mesjid Jami'pun juga selamat dari bencana banjir. Ali mengisahkan bahwa beberapa kali, Kampar dilanda banjir. Hampir semua tempat dan rumah direndam air. Namun Mesjid Jami' tidak pernah kebanjiran alias tidak terendam air. Padahal rumah panggung di sekitar mesjid sudah terendam air.
"Kendati airnya tinggi dan merendam rumah panggung disekitarnya, namun air di sekeliling masjid Jami' seperti mencekung ke bawah dan tak pernah masuk ke dalam masjid. Saya menyaksikan sendiri peristiwa tersebut," kisah Muhammad Ali.
Satu lagi kisah yang bernuansa mistik di Mesjid Jami'. Yaitu keberadaan batu yang menyerupai kepala kerbau di bak Whudu jema'ah mensjid Jami'. Batu berbentuk kepala kerbau tersebut acap kali berpindah tempat dengan sendirinya. Kadang di bagian kiri bak whudu, kadang di bagian kanan bak whudu. Bahkan pernah berada di dalam sumur mesjid yang dalamnya sekitar 8 meter.
"Sempat saya melihat batu kepala kerbau itu berada di dalam sumur mesjid sedalam 8 meter. Di lain hari, batu kepala kerbau tersebut berada di atas sumur. Pernah juga berpindah di dalam bak whudu sema'ah mesjid. Di bak itupun suka berpindah sendiri. kadang di sebelah kanan, terkadang di sebelah kiri. Saya bertanya kepada jema'ah yang sholat di Mesjid Jami'. Namun tidak ada yang mengaku memindahkannya. Pasalnya selain beratnya puluhan kilogram, juga tidak ada gunanya memindah-mindahkan batu itu. Kayak tak ada kerjaan lain saja," menerangkan ketua Pengurus Mesjid Jami'.
Tak cukup hanya beberapa kisah mistis tersebut. Masih ada satu kisah mistis lagi yang ada di Mesjid Jami'. Yaitu akurasi kiblat yang sangat sempurna. Muhammad Ali mengatakan bahwa pada medio 2010 lalu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menginstruksikan seluruh mesjid di Indonesia untuk menyesuaikan arah kiblatnya sesuai dengan geografis mesjid. Uniknya, pasca instruksi tersebut, Riau mengalami berbagai getaran akibat gempa Sumbar. ternyata getaran gempa Sumbar tersebut menggeser arah kiblat mesjid Jami' sesuai dengan arah kiblat dengan sempurna. Padahal tidak ada pemugaran di mesjid tua tersebut.
Sempurnanya arah kiblat Mesjid Jami' pasca gempa Sumbar nampak setelah dilakukan penelitian terhadap arah kiblat mesjid dengan menggunakan alat penentu mata angin (kompas), ternyata arah kiblat Mesjid Jami' pas dengan arah kiblat yang diinstruksikan oleh MUI.
Namun demikian, dengan hal itu semakin membuat wisatawan domestik maupun mancanegara yang penasaran dan ingin mengunjungi mesjid bersejarah dan banyak menyimpan nilai mistis.***(H-we)
Riauterkini-KAMPAR-Masjid Jami Air Tiris berlokasi di Jalan Pasar Usang Desa Tanjung Barulak, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar. Bangunan yang mayoritas terbuat dari kayu tersebut merupakan masjid tertua di Riau. Mesjid ini dibangun pada tahun 1901 dengan ornamen puncak atapnya terdapat tingkatan menara yang cukup tinggi dan bahan bangunannya terbuat dari kayu tanpa menggunakan paku besi, alias hanya menggunakan pasak kayu sebagai ganti paku.
Kepala Desa Air Tiris Muhammad Ali mengatakan, dulu Pasar Usang atau Pasar Kenagarian Air Tiris dikenal sebagai bandar pelabuhan dan perdagangan sekaligus pusat penyebaran syiar Islam di Sumatera. Waktu itu sangat ramai dikunjungi pedagang dari berbagai daerah, seperti Malaka, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, dan lainnya.
Namun sepinya aktivitas keagamaan di Masjid Jami' mulai terasa saat Pasar Kenagarian Air Tiris pada 1950 dipindahkan ke jalur lintas barat, Pekanbaru-Sumatera Barat. Kondisi itu mengubah pola hidup warga yang berpusat di sungai berpindah lebih masuk ke daratan.
Kemegahan kisah kejayaan mesjid Jami' di masa lalu bukan hanya menjadikan Kampar sebagai kota Serambi Mekah. Namun lebih dari itu, mesjid Jami' ternyata menyimpan berbagai cerita yang berbau mistik dan belum terpecahkan secara teoritis ilmiah hingga saat ini kendati beberapa peneliti sudah pernah berkunjung dan melakukan pengamatan di mesjid kebanggaan masyarakat 'Uco Deyen' Kampar Riau itu.
Ketua Pengurus Masjid Jami Air Tiris Muhammad Ali mengisahkan bahwa sejak jaman penjajahan Belanda, Mesjid Jami' sudah pernah mengalami kisah tragis. Yaitu dibakar orang Belanda. Namun berbagai upaya yang dilakukan kaum Ondernaming Belanda tersebut selalu gagal. Padahal, dengan kekuatan persenjataan dan kekuasaannya di Indonesia waktu itu memungkinkan mereka untuk dengan mudah membakar mesjid Jami.
Bukan hanya mengalami perlakuan dari penjajahan Belanda, Mesjid Jami'pun juga selamat dari bencana banjir. Ali mengisahkan bahwa beberapa kali, Kampar dilanda banjir. Hampir semua tempat dan rumah direndam air. Namun Mesjid Jami' tidak pernah kebanjiran alias tidak terendam air. Padahal rumah panggung di sekitar mesjid sudah terendam air.
"Kendati airnya tinggi dan merendam rumah panggung disekitarnya, namun air di sekeliling masjid Jami' seperti mencekung ke bawah dan tak pernah masuk ke dalam masjid. Saya menyaksikan sendiri peristiwa tersebut," kisah Muhammad Ali.
Satu lagi kisah yang bernuansa mistik di Mesjid Jami'. Yaitu keberadaan batu yang menyerupai kepala kerbau di bak Whudu jema'ah mensjid Jami'. Batu berbentuk kepala kerbau tersebut acap kali berpindah tempat dengan sendirinya. Kadang di bagian kiri bak whudu, kadang di bagian kanan bak whudu. Bahkan pernah berada di dalam sumur mesjid yang dalamnya sekitar 8 meter.
"Sempat saya melihat batu kepala kerbau itu berada di dalam sumur mesjid sedalam 8 meter. Di lain hari, batu kepala kerbau tersebut berada di atas sumur. Pernah juga berpindah di dalam bak whudu sema'ah mesjid. Di bak itupun suka berpindah sendiri. kadang di sebelah kanan, terkadang di sebelah kiri. Saya bertanya kepada jema'ah yang sholat di Mesjid Jami'. Namun tidak ada yang mengaku memindahkannya. Pasalnya selain beratnya puluhan kilogram, juga tidak ada gunanya memindah-mindahkan batu itu. Kayak tak ada kerjaan lain saja," menerangkan ketua Pengurus Mesjid Jami'.
Tak cukup hanya beberapa kisah mistis tersebut. Masih ada satu kisah mistis lagi yang ada di Mesjid Jami'. Yaitu akurasi kiblat yang sangat sempurna. Muhammad Ali mengatakan bahwa pada medio 2010 lalu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menginstruksikan seluruh mesjid di Indonesia untuk menyesuaikan arah kiblatnya sesuai dengan geografis mesjid. Uniknya, pasca instruksi tersebut, Riau mengalami berbagai getaran akibat gempa Sumbar. ternyata getaran gempa Sumbar tersebut menggeser arah kiblat mesjid Jami' sesuai dengan arah kiblat dengan sempurna. Padahal tidak ada pemugaran di mesjid tua tersebut.
Sempurnanya arah kiblat Mesjid Jami' pasca gempa Sumbar nampak setelah dilakukan penelitian terhadap arah kiblat mesjid dengan menggunakan alat penentu mata angin (kompas), ternyata arah kiblat Mesjid Jami' pas dengan arah kiblat yang diinstruksikan oleh MUI.
Namun demikian, dengan hal itu semakin membuat wisatawan domestik maupun mancanegara yang penasaran dan ingin mengunjungi mesjid bersejarah dan banyak menyimpan nilai mistis.***(H-we)
No comments:
Post a Comment