Kisah Wajah Cewek 19 Tahun Berubah Jadi Nenek 70 Tahun yang Hingga ‘segudang’ dokter gagal mengobatinya, sangkaan santet penyebab kematian Ita Susilawati makin menguat. Apalagi, seiring ajalnya pada akhir bulan (28/2) kemarin, wajah nenek 70 an tahun yang dimilikinya sejak 2 tahun lalu, mendadak hilang. Cring… Ita kembali ke rupa aslinya: cewek belia 19 tahun.
DI KAMPUNGNYA, nun… Dusun IX Sidokeno, Sukadamai, Kec. Pulo Bandring, Asahan –sekira 12 Km dari Kota Kisaran, belum ada yang melupakan misteri kembang desa ini. Apalagi ibu, bapak, abang dan adiknya. Anak kedua dari tiga bersaudara ini dirasa masih hidup. Hidup terbaring lemah didera penyakit aneh yang dialaminya usai mimpi dipatok 2 ular besar 2 tahun lalu saat dia baru saja sesaat kawin lalu ditinggal begitu saja oleh suaminya
Saking dirasa masih hidup, “Asal bangun tidur pagi saya langsung ke kamarnya,” kata ibu Ita, Ny. Ramlia (45) pada POSMETRO MEDAN yang menemuinya tiga hari lalu (15/3). “Saya,” sambungnya, “bahkan mau mengajaknya untuk berangkat berobat.”
“Sudahlah, Mak! Kita pulang saja, aku nggak mau ditengok orang banyak. Malu kali aku Mak dengan keadaanku ini,” rontaan Ita saat terakhir dirawat di RS Haji Abdul Manan Simatupang (HAMS) di Kisaran itu juga terus terngiang di telinga Ramlia.
Memang, meski penghuninya telah tiada, suasana kamar Ita belum berubah. Tempat tidur kapuk -saksi bisu wajah cewek belia itu sejak 2 tahun lalu berubah sekeriput nenek 70 an tahun -posisinya pun masih seperti sedia kala. Bersih, rapi seperti kebiasaan Ita. Begitu juga beberapa perabot reot di kamarnya.
Kisah mistis Ita pasca kematiannya memang samar terlihat atau terasa di rumah orang tuanya. Keangkeran gadis korban teluh maut ini lebih dirasa orang-orang di luar rumahnya. Yuli, teman akrab Ita semasa hidup misalnya, mengaku merasakan hal mistis. “Dia (arwah Ita –red) datang membuka pintu rumah dan memukul pundak aku,” ungkap Yuli, teman sekampung Ita.
Saat menemuinya, menurut Yuli, arwah Ita menangis. Lewat Yuli, arwah Ita minta tolong dipertemukan dengan suami tercintanya, Hendra Effendi (35) yang kini telah kawin lagi dan bermukim di Dusun II, Kel. Limau Sundai, Kota Binjai. Meski itu semua lewat bunga tidur, “Tapi mimpi seram itu sudah datang 3 kali,” kata Yuli, bergidik. Semuanya selalu beradegan arwah Ita menangis minta dipertemukan dengan suaminya.
Mistik Ita bahkan lebih terasa di kawasan jasadnya dikubur. Areal pekuburan bernama Gondo Riyu itu hanya berjarak sepelemparan batu dari rumah orang tua Ita. Kek Sadikun, juru kunci pekuburan itu memberi kesaksian menyeramkan. Kata kakek 70 tahun itu, sehari usai dikubur pada Minggu 28 Februari 2010, ledakan keras terdengar dari arah makam Ita. Warga sekitar pekuburan kontan heboh.
Usai dentuman keras dari kuburannya, kata Kek Sadikun, keanehan kembali terjadi. Aroma harum semerbak bunga tercium dari pusara wanita malang itu. Tapi wangi yang membuat bulu kuduk merinding itu hanya tercium sekitar semenit. Setelah itu hilang. Tapi beberapa menit kemudian, wangi itu menyeruak lagi. Lalu hilang, timbul lagi, hilang, datang lagi. Begitu seterusnya. “Temuan wangi itu terjadi selama seminggu sejak gadis itu dikubur. Sekarang tidak ada lagi,” kata Kek Sadikun.
Saking dirasa masih hidup, “Asal bangun tidur pagi saya langsung ke kamarnya,” kata ibu Ita, Ny. Ramlia (45) pada POSMETRO MEDAN yang menemuinya tiga hari lalu (15/3). “Saya,” sambungnya, “bahkan mau mengajaknya untuk berangkat berobat.”
“Sudahlah, Mak! Kita pulang saja, aku nggak mau ditengok orang banyak. Malu kali aku Mak dengan keadaanku ini,” rontaan Ita saat terakhir dirawat di RS Haji Abdul Manan Simatupang (HAMS) di Kisaran itu juga terus terngiang di telinga Ramlia.
Memang, meski penghuninya telah tiada, suasana kamar Ita belum berubah. Tempat tidur kapuk -saksi bisu wajah cewek belia itu sejak 2 tahun lalu berubah sekeriput nenek 70 an tahun -posisinya pun masih seperti sedia kala. Bersih, rapi seperti kebiasaan Ita. Begitu juga beberapa perabot reot di kamarnya.
Kisah mistis Ita pasca kematiannya memang samar terlihat atau terasa di rumah orang tuanya. Keangkeran gadis korban teluh maut ini lebih dirasa orang-orang di luar rumahnya. Yuli, teman akrab Ita semasa hidup misalnya, mengaku merasakan hal mistis. “Dia (arwah Ita –red) datang membuka pintu rumah dan memukul pundak aku,” ungkap Yuli, teman sekampung Ita.
Saat menemuinya, menurut Yuli, arwah Ita menangis. Lewat Yuli, arwah Ita minta tolong dipertemukan dengan suami tercintanya, Hendra Effendi (35) yang kini telah kawin lagi dan bermukim di Dusun II, Kel. Limau Sundai, Kota Binjai. Meski itu semua lewat bunga tidur, “Tapi mimpi seram itu sudah datang 3 kali,” kata Yuli, bergidik. Semuanya selalu beradegan arwah Ita menangis minta dipertemukan dengan suaminya.
Mistik Ita bahkan lebih terasa di kawasan jasadnya dikubur. Areal pekuburan bernama Gondo Riyu itu hanya berjarak sepelemparan batu dari rumah orang tua Ita. Kek Sadikun, juru kunci pekuburan itu memberi kesaksian menyeramkan. Kata kakek 70 tahun itu, sehari usai dikubur pada Minggu 28 Februari 2010, ledakan keras terdengar dari arah makam Ita. Warga sekitar pekuburan kontan heboh.
Usai dentuman keras dari kuburannya, kata Kek Sadikun, keanehan kembali terjadi. Aroma harum semerbak bunga tercium dari pusara wanita malang itu. Tapi wangi yang membuat bulu kuduk merinding itu hanya tercium sekitar semenit. Setelah itu hilang. Tapi beberapa menit kemudian, wangi itu menyeruak lagi. Lalu hilang, timbul lagi, hilang, datang lagi. Begitu seterusnya. “Temuan wangi itu terjadi selama seminggu sejak gadis itu dikubur. Sekarang tidak ada lagi,” kata Kek Sadikun.
Makam Mbah Dukun Meledak
Makam Mbah Dukun Meledak. Puluhan warga Desa Sanggrahan, Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, hingga Senin (10/5/2010) masih mendatangi makam Mbah Rosiah. Pasalnya, makam perempuan tua yang dikenal sebagai dukun kondang itu meledak, pada Rabu (5/5/2010).
Belum diketahui pasti penyebab meledaknya makam yang terletak di tanah pribadi seluas sekitar 50 x 10 meter tersebut. Adapun Mbah Rosiah dimakamkan di sana setelah meninggal akibat kolesterol tinggi, 1 Juni 2009, dalam usia 67 tahun.
Seorang saksi mata ledakan, Ngadiron (42), menceritakan, sebelum makam Mbah Rosiah meledak, Selasa dini hari, tampak kepulan asap putih di tengah makam. Ngadori mengaku mencium bau harum semerbak seperti kayu cendana.
Melihat fenomena tersebut, Ngadiron dan istri, Siti Mudrikah (38), tidak menghiraukan karena menganggap asap yang keluar dari makam adalah embun biasa. “Hanya saya lihat saja, lalu saya melanjutkan menengok ternak ikan saya yang berada di samping makam,” ungkapnya, Senin kemarin.
Ngadiron melanjutkan, keesokan paginya, Rabu sekitar pukul 07.30, dia kembali menengok kolam ikan miliknya dan melintas lagi di lokasi makam. Kala itu dia masih melihat kepulan asap, tetapi tetap tidak menghiraukan.
Sekitar satu jam kemudian, Ngadiron mendengar ledakan yang menggelegar seperti suara bom. Setelah dicari, ternyata sumber ledakan berasal dari makam Mbah Rosiah.
Akibat ledakan, katanya, makam berantakan. Bangunan bagian atas berserakan, dan pasir yang berada dalam makam juga ikut berhamburan keluar. Hanya dalam waktu beberapa menit kemudian beberapa warga yang tinggal tak jauh dari makam mulai berdatangan. Mereka merasa terkejut dan menduga ada keanehan dalam ledakan itu.
Bukan hanya para warga yang heboh atas meledaknya makam Mbah Rosiah, tetapi juga sang suami, Panudi (58). “Mulai Jumat (7/5/2010), banyak warga datang untuk menyaksikan kondisi makam,” kata Panudi, yang ditemui Surya di makam istrinya, Senin kemarin.
***
PANUDI mengatakan, kedatangan warga untuk menyaksikan langsung kondisi makam Mbah Rosiah karena rasa penasaran yang sangat besar. Pasalnya, semasa hidup, Mbah Rosiah memang terkenal sebagai sosok yang dituakan dan sering mengobati orang sakit karena hal-hal yang aneh.
“Pasien almarhumah banyak, bahkan dari luar kota juga ada. Makanya, kejadian ini membuat mereka kaget dan penasaran,” ungkapnya.
Hal serupa dikatakan Ngadori. Sebagai penduduk asli Desa Sanggrahan, Ngadori mengenal baik sosok Mbah Rosiah. Bahkan dia juga belajar ilmu kejawen dari Mbah Rosiah semasa masih hidup.
“Kalau ada apa-apa di desa ini, warga selalu meminta petunjuk kepada Mbah Rosiah,” katanya.
Menurut Ngadori, selain warga setempat, banyak warga daerah lain sering mendatangi rumah Mbah Rosiah untuk sekadar minta restu atau berobat. Bahkan, setelah Mbah Rosiah meninggal, kadang-kadang ada orang luar kota datang berziarah ke makamnya.
Ditemui terpisah, Kapolsek Boyolangu AKP Suryadi mengaku belum bisa memastikan penyebab ledakan. Namun, dia menduga ledakan tersebut disebabkan uap panas yang berada dalam tanah. Karena tidak mampu menahan uap tersebut, makam pun akhirnya meledak.
“Makamnya kan dikijing (dibangun dengan batu bata) dan pinggirnya dikeramik. Uapnya tidak bisa keluar, akhirnya meledak. Apalagi saat ini cuaca lagi tidak menentu, kadang panas sekali, dan tiba-tiba hujan,” katanya.
Polisi sudah mendatangi lokasi untuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Dari hasil olah TKP, pihaknya tidak menemukan kejanggalan, seperti ada bahan peledak yang sengaja dipasang di lokasi.
“Dugaan sementara ya itu (karena uap panas dalam tanah),” papar Suryadi.
[sumber :kompas.com]
Makam Keturunan Raja sumenep meledak
Sumenep - Sebuah makam salah satu keturunan raja ke-13 dari Paku Nata Ningrat yang memerintah tahun 1879-1901 di Pendopo Asta Tinggi (Kuba sebelah barat), Desa Kebonagung, Kecamatan Kota Sumenep, Madura meledak.
Ledakan makam almahum Hj. R. Ajeng Salmah binti kiai RB Abdul Latif terdengar hingga radius 1 KM sekitar pukul 22.30 WIB, Selasa (19/1/2010) malam. Karena penasaran, warga sekitar yang mendengar ledakan itu segera mencari sumber suara.
Rupanya saat dicari sumber ledakan, tak ada asap maupun hal yang mencurigakan di area makam. Namun warga dan juru kunci melihat sebuah makam yang nisannya terbuat dari marmer berserakan.
Salah seorang juru kunci Asta Tinggi, Kabupaten Sumenep yang juga keturunan keraton, Salamet Ready (56), mengaku ledakan ini kategori ghaib.
"Ledakan itu masuk kategori ghaib, karena baru pertama kali terjadi," ujar Salamet, kepada wartawan di lokasi, Rabu (20/1/2010).
Salamet dan warga mengaku, semula ledakan itu diperkirakan dari petasan yang dibuat nelayan atau anak-anak. Ternyata tidak ada hal yang mencurigakan.
Dari pantauan detiksurabaya.com lokasi makam hingga pukul 10.30 WIB dibanjiri warga. Warga penasaran dengan suara ledakan mirip bom. Informasi yang dihimpun makam almarhumah lahir di Sumenep, pada 5 Mei 1941 dan wafat di Surabaya 21 Oktober 2001. (fat/fat)
Ledakan makam almahum Hj. R. Ajeng Salmah binti kiai RB Abdul Latif terdengar hingga radius 1 KM sekitar pukul 22.30 WIB, Selasa (19/1/2010) malam. Karena penasaran, warga sekitar yang mendengar ledakan itu segera mencari sumber suara.
Rupanya saat dicari sumber ledakan, tak ada asap maupun hal yang mencurigakan di area makam. Namun warga dan juru kunci melihat sebuah makam yang nisannya terbuat dari marmer berserakan.
Salah seorang juru kunci Asta Tinggi, Kabupaten Sumenep yang juga keturunan keraton, Salamet Ready (56), mengaku ledakan ini kategori ghaib.
"Ledakan itu masuk kategori ghaib, karena baru pertama kali terjadi," ujar Salamet, kepada wartawan di lokasi, Rabu (20/1/2010).
Salamet dan warga mengaku, semula ledakan itu diperkirakan dari petasan yang dibuat nelayan atau anak-anak. Ternyata tidak ada hal yang mencurigakan.
Dari pantauan detiksurabaya.com lokasi makam hingga pukul 10.30 WIB dibanjiri warga. Warga penasaran dengan suara ledakan mirip bom. Informasi yang dihimpun makam almarhumah lahir di Sumenep, pada 5 Mei 1941 dan wafat di Surabaya 21 Oktober 2001. (fat/fat)
Kuburan warga Sumenep Meledak
dapun yang meledak tersebut, merupakan kuburan dari almarhumah Dewi Atikan yang meninggal sejak 1989 yang lalu. Kini, makam yang meledak tersebut masih dalam proses perbaikan oleh pihak keluarga almarhumah.Salah satu kuburan yang ada di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Desa Marengan Laok, Kecamatan Kalianget, Sumenep, Madura, meledak. Belum diketahui secara pasti ledakan diakibatkan oleh apa. Cuma yang pasti, tanah dan nisan makam porak peranda.
Yanto (60), warga Desa Marengan Laok, menceritakan, kuburan meledak dini hari saat sebagian warga masih terlelap tidur. Saat itu, dia mendengar suara yang mirip seperti ban mobil meletus dan menganggap tidak ada hal yang aneh. Namun, saat ditelusuri asal suara ledakan ternyata berasal dari salah satu makam. “Ternyata berasal dari salah satu kuburan yang ada di makam sini. Saat dicek lebih lanjut, ternyata dari makamna Dewi Atika,” ujarnya.
Yanto yang juga sesepuh desa setempat, mengaku tidak menyangka kalau kuburan tersebut meledak. Menurutnya, sekitar areal kuburan sangat bagus yakni ada batu nisan yang terbuat dari batu onix, serta dikelilingi dengan batu paving. Kuburan sendiri pernah diperbaiki oleh pihak keluarga, sekira 7 tahun yang lalu.
No comments:
Post a Comment