Tuesday, 21 December 2010

Salju Turun di Musim Panas

Cuaca ekstrem terburuk dan langka terjadi di Australia hari Senin (20/12/2010). Salju tiba-tiba turun menutupi sebagian benua yang seharusnya sedang mengalami musim panas itu. Desember yang cerah dan panas diselimuti salju dan memberi suasana Natal yang putih seperti di Eropa.

Saat ini posisi matahari sedang berada di selatan garis khatulistiwa. Benua Australia seharusnya masih mengalami musim panas. Begitu pula pulau-pulau paling selatan di wilayah Indonesia yang letaknya berdekatan dengan Australia, seperti Timor, Sabu, Rote, dan Sumba.


Meski demikian, musim panas Desember ini di Australia telah ditingkahi oleh perubahan cuaca yang ekstrem dengan turunnya salju dan hujan teramat lebat. Salju turun lebat di pantai timur Negara Bagian New South Wales dan Victoria sehingga banyak resor wisata—seharusnya panas pada akhir tahun—justru ditimbuni salju setebal 10 sentimeter (cm).

Banyak warga bingung dan setengah tidak percaya melihat salju turun pada musim panas, sebuah perubahan cuaca yang tiba-tiba. Hujan salju pada Desember adalah peristiwa alam yang tak lazim. ”Ini putih, semuanya putih,” kata Michelle Lovius, General Manager Hotel Kosciuszko Chalet di Charlotte Pass.

Lovius mengatakan, hal pertama yang terjadi pada Senin pagi adalah semuanya hening dan damai setelah salju turun dengan lebatnya. Sejak awal Desember, wilayah pegunungan New South Wales sedang mengalami puncak mekarnya bunga-bunga liar. ”Kami berharap hal itu (cuaca dingin) tetap bertahan selama lima hari agar kami bisa merayakan Natal yang putih,” katanya.

Istilah Natal yang putih (White Christmas) dalam tradisi Kristen hanya dikenal di Eropa atau negara di Kutub Utara, bukan di selatan seperti di Australia. Pada Desember, termasuk pada setiap hari Natal, 25 Desember, salju turun dengan lebatnya di Eropa dan Kutub Utara. Hujan salju di musim panas di Australia adalah hal yang aneh, sebuah pergeseran cuaca yang ekstrem.

Lebih jauh ke selatan Negara Bagian Victoria, kondisinya juga parah. Maureen Gearon, juru bicara Victorian Snow Report, melaporkan, Gunung Hotham diselimuti salju setebal 10 cm dan Gunung Buller tertutup lebih dari 5 cm. ”Semuanya tertutup salju, sebuah akhir tahun yang indah. Warga memakai topi Santa Claus di kepala mereka dan berfoto di salju,” kata Gearon kepada kantor berita AAP Australia.
Anjloknya suhu udara juga terjadi di Sydney, yakni menjadi hanya 13 derajat celsius, dari sebelumnya di atas 23 derajat celsius. Di bagian barat kota malah suhu telah turun menjadi hanya 9,8 derajat celsius. Angin yang mengandung uap air bertiup dengan kecepatan 100 kilometer per jam menyapu garis pantai.

Kondisi yang kontras juga terjadi di pantai barat. Banjir terburuk dalam 50 tahun terakhir mengisolasi kota Carnarvon, sekitar 900 km di utara Perth. Helikopter polisi terpaksa dikerahkan untuk menyelamatkan 19 orang dari atap sebuah bar karena banjir meninggi.

Ahli cuaca pun tercengang menyaksikan turunnya salju dan cuaca dingin, perubahan cuaca yang drastis. ”Ini kejadian tidak biasa, sekalipun itu di New South Wales dan Victoria yang berdekatan dengan samudra selatan,” kata Ahli Klimatologi Biro Meteorologi, Grant Beard.

Eropa belum pulih Badai salju dan suhu udara membeku di bawah nol masih terus melanda Eropa. Kekacauan transportasi terjadi besar-besaran di seluruh moda transportasi, baik laut, udara, maupun darat, termasuk angkutan berbasis rel. Kondisi ini telah berujung pada kematian puluhan orang.

Di Polandia saja sebanyak 29 orang meninggal. Mereka tewas membeku pada tanggal 19 dan 20 Desember lalu di tengah temperatur dingin, yang bahkan mencapai 20 derajat celsius di bawah titik nol, yang terjadi di beberapa tempat.
Di Austria tiga orang tewas membeku saat mencoba pulang ke rumah mereka pada malam hari. Di Finlandia sedikitnya empat orang tewas dalam kecelakaan lalu lintas saat badai salju melanda. Badai salju ini juga melumpuhkan transportasi di hampir semua kota di Eropa. Layanan kereta api dan penerbangan dihentikan. Demikian seperti dilansir harian Telegraph, Senin. (AP/AFP/REUTERS/CAL)





Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment