Thursday 10 February 2011

Kematian Aneh Sejumlah Spesies Hewan

BELUM lama ini sejumlah binatang mati secara misterius di Negeri Paman Sam, Amerika Serikat, mulai dari ribuan burung di dua wilayah selatan hingga 100.000 ikan di Arkansas. Sedikitnya masih ada kejadian lainnya dengan penyebab yang hingga kini masih belum terpecahkan. Berikut di antaranya.


Blackbird dari selatan


Untuk sesaat penduduk kota Arkansas merasa kembali hidup di masa saat takhayul masih menjadi kepercayaan. Tepatnya di akhir minggu awal tahun ini ketika ribuan blackbird bersayap merah berjatuhan dari langit dengan tubuh kaku. Seperti pertanda buruk, fenomena serupa kembali terjadi dua hari berikutnya. Dilaporkan ratusan blackbird berserakan mati di wilayah Louisiana.

Beberapa ilmuwan sejauh ini belum bisa memastikan penyebab kematian burung-burung tersebut, apakah karena serangan penyakit tertentu atau keracunan. Sebaliknya hasil mengejutkan datang dari tim yang melakukan autopsi. Disebutkan terdapat trauma internal dan pendarahan, kemungkinan akibat tabrakan hebat jauh di atas permukaan bumi. Blackbird dikenal sebagai spesies yang seringkali terbang berkelompok dalam formasi yang rapat.

Selain itu bisa juga mereka mengalami disorientasi setelah berpapasan dengan badai disertai kilat dan badai, juga air hujan yang membuat daya terbang menurun drastis. Seperti biasa kru EPA dengan sigap menuju lokasi lengkap dengan masker gas dan perlengkapan lainnya untuk mengangkut semua bangkai burung-burung malang tersebut.


Lebah madu


Semua berawal pada tahun 2006. Saat itu jumlah lebah madu di sejumlah negara bagian terjun bebas tanpa alasan yang jelas, memaksa para peneliti menggunakan istilah kelainan koloni. Menurut Departemen Agrikultur setempat, kematian koloni lebah yang ada di AS mencapai 29% dari total populasi dan terus meningkat hingga mencapai 34% pada tahun 2010.

Meski ada beberapa alasan masuk akal yang bisa dijadikan acuan penelitian, seperti infeksi yang disebabkan oleh jamur, pestisida hingga perubahan iklim, tidak ada satu pun yang bisa memastikan penyebab yang sesungguhnya. Selain itu, sebuah studi yang dilakukan Universitas Illinois belum lama ini menyebutkan, ada empat jenis lebah lainnya yang juga bernasib sama dengan jumlah penurunan mencapai 90% dalam kurun waktu 20 tahun.



Sindrom white-nose kelelawar


Di tahun yang sama penyakit misterius yang disebabkan oleh jamur membunuh jutaan kelelawar di seantero AS sejak pertama kali dilaporkan. Kematian binatang nokturnal ini sedikitnya melanda empat belas Negara bagian, termasuk dua provinsi di Kanada. Disebutkan jutaan hewan mamalia itu diperkirakan tak berdaya akibat sindrom white-nose (hidung putih).

Sindrom yang diakibatkan sejenis jamur ini sendiri tidak membunuh secara langsung. Dalam kasus ini jamur tersebut menyerang hewan yang berhibernasi ini pada bagian mulut dan hidung hingga tak bisa tidur. Akibatnya saat jam tidur berakhir, ketika mereka harus meninggalkan gua untuk mencari makan, aktivitas tersebut membakar cadangan lemak yang tersisa. Akhirnya kelelawar-kelelawar tersebut kedinginan dan kelaparan hingga meregang nyawa.

Komisi kehidupan hewan-hewan liar untuk sementara memerintahkan penutupan ratusan gua dan tambang-tambang yang selama ini menjadi tempat koloni hewan bersayap tersebut. Penutupan berlaku hingga sumber penyakit dan pencegahannya ditemukan.


Burung dan sardin Cile


Dalam waktu selama kurang lebih dua bulan pada tahun 2009, jutaan ikan sardin, ribuan bangau, ratusan penguin, dan 60 burung pelikan mati secara berurutan tanpa alasan yang bisa dijelaskan.

Pertama penguin. Sekitar 1.200 ekor binatang yang biasa hidup di suhu yang rendah ini ditemukan bergelimpangan pada akhir Maret di sebuah pantai terpencil wilayah selatan Cile.

Kemudian bulan April, jutaan ikan sardin yang mati tersapu ombak di perairan yang tidak terlalu jauh. Lalu ribuan bangau jenis langka, Andean, tiba-tiba meninggalkan sarangnya di utara Cile, meninggalkan anak-anaknya mati dalam cangkang. Terakhir pada bulan Mei, sebanyak 60 burung pelikan ditemukan tak bergerak wilayah pantai Amerika Selatan.

Hal yang terburuk dari kejadian ini adalah tidak adanya satu pun pihak berwenang yang mampu memberikan penjelasan mengapa hewan-hewan tersebut meregang nyawa. Meski sebagian menuding pemanasan global, penangkapan besar-besaran, dan polusi sebagai penyebabnya. Namun kebanyakan meyakini bencana ini terjadi karena panasnya cuaca Cile pada tahun itu.


Paus pilot Australia


Pada akhir 2008, puluhan ekor paus pilot "membakar diri" di bawah terik matahari di sepanjang pantai wilayah selatan pulau Tasmania di Australia. Seminggu kemudian, sekitar 150 paus long-finned melakukan hal yang sama. Diikuti dengan musnahnya 45 bakal paus yang "ikut-ikutan" dengan aksi serupa. Terakhir dalam rangkaian "bunuh diri" hewan laut itu adalah kematian 140 ikan paus pilot dan beberapa ekor lumba-lumba leher botol di sepanjang "pantai maut" yang sama pada bulan Maret.

Meski demikian petugas berhasil menyelamatkan 54 ekor paus lainnya dengan penarik khusus, perahu kecil, jet ski, dan seratus orang sukarelawan yang turut membantu. Mereka berusaha mengembalikan mamalia laut itu ke habitatnya. Namun hingga kini tak satu pun ilmuwan yang bisa menemukan alasan dari empat aksi menantang maut itu.


Kudanil Uganda


Pada tahun 2004, diperkirakan sekitar 300 kudanil di Taman Nasional Queen Elizabeth Uganda ditemukan mati setelah meminum air yang terkontaminasi virus antraks. Bakteri mematikan ini memang biasa ditemukan pada genangan air yang muncul selama musim kering di Uganda.

Salah satu negara Benua Afrika ini pun tercatat telah beberapa kali mengalami serangan antraks sejak tahun 1950. Hal ini diduga karena kontur alamnya yang semiakuatik dan kudanil sendiri termasuk binatang yang rentan terkontaminasi.

Itulah satu-satunya penjelasan yang diyakini sebagai penyebab kematian massal hewan berbobot tubuh tinggi itu pada bulan Juni 2010. Saat itu tidak kurang dari 82 kudanil dan sembilan banteng ditemukan tak bernyawa setelah meminum air di Kazinga Channel yang menghubungkan Danau Edward dan Danau George, masih di Taman Nasional Queen Elizabeth.


Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment