Thursday, 10 February 2011

Ternyata W.R. Soepratman pengikut AHMADIYAH


İmage

Tahun 1932, Soepratman mendapat sakit urat sjaraf, disebabkan lelahnja karena bekerdja keras. Setelah beristirahat 2 bulan, di Tjimahi, beliau kembali ke Djakarta untuk mengikuti aliran Achmadijah. Sedjak April beliau bersama kakaknja bertempat tinggal di Surabaja. [Kutipan tulisan Soejono Tjiptomihardjo dalam ‘Buku Kenang-Kenangan 10 Tahun Kabupaten Madiun’ halaman 171 J

Lahirnya ‘Indonesia Raya’

Tanggal 28 Oktober memiliki hubungan yang rapat sekali dengan perasaan dan jiwa serta perjuangan bangsa kita, karena pada hari itulah telah lahir sesuatu, yang kini telah menjadi pusaka bagi bangsa kita, ialah lagu Kebangsaan kita ‘INDONESIA RAYA’. Tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1928, dalam Kongres Pemuda Indonesia yang ke-2 di Jakarta, lagu Indonesia Raya diresmikan sebagai lagu Kebangsaan Indonesia.
Bertepatan dengan peresmian Lagu Kebangsaan itu, diucapkan juga dalam Kongres itu sumpah sakti, ialah Sumpah Pemuda yang berbunyi:

“Kita bertanah air satu, ialah Tanah Air Indonesia. Kita berbangsa satu, ialah bangsa Indonesia. Kita berbahasa satu, ialah bahasa Indonesia. “

Sejak detik itu, sumpah itu menjadi sumpah dari bangsa kita seluruhnya. lagu Kebangsaan dan sumpah bangsa yang dilahirkan dalam Kongres Pemuda itu, terbukti telah menjadi ‘anasir’ yang maha penting dan mendasar, di atas mana negara kita sekarang berdiri. Sejak detik itu, lagu Indonesia Raya diakui oleh seluruh bangsa kita sebagai lagu Nasionalnya, dan kini lagu itu telah dikenal serta diakui pula oleh seluruh dunia sebagai lagu Kebangsaan Indonesia.

Dalam masa penjajahan Belanda, lagu Indonesia Raya merupakan pendorong dan pengobar semangat rakyat yang sangat besar artinya bagi perjuangan nasional kita untuk melemparkan (mengusir) penjajahan. Melihat besarnya pengaruh lagu Indonesia Raya atas bangsa kita, Pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu menjadi begitu khawatir sehingga Indonesia Raya dijadikan lagu yang terlarang, karena dianggapnya membahayakan. Namun semakin dilarang lagu itu, semakin naiklah harga lagu itu dalam hati rakyat, dan semakin cintalah rakyat kepadanya. Semakin besar kekangan untuk menyanyikan lagu itu, semakin besarlah hasrat rakyat untuk menyanyikannya. Bertambah besarnya pengaruh lagu Indonesia Raya sejalan dengan meningkatnya perjuangan bangsa kita.

Soepratman Pemuda Pejuang

Pada tahun 1924 beliau kembali ke Jawa, mula-mula tinggal di Surabaya, kemudian di Bandung. Di Surabaya kepandaiannya dalam musik menjadi sangat maju, dan di sini beliau mulai menjadi wartawan dan membantu beberapa surat kabar. Di Bandung beliau menjadi wartawan ‘Kaum Muda’. Mulai tampak tajam penanya dengan menggambarkan isi hatinya dalam sebuah buku roman yang diberi judul ‘Gadis Desa’, dan yang diterbitkan dengan uangnya sendiri. Tetapi sayang sekali, Belanda melarang bukunya itu beredar, hingga beliau mendapat kerugian uang yang tidak sedikit jumlahnya. Itu merupakan tekanan lagi bagi jiwa yang ingin berjuang memperbaiki keadaan masyarakat.

Pada tahun 1925 beliau nikah dengan Soedjenah. Hidupnya tidak mementingkan kebendaan dunia, bahkan bertambah pula rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Rasa yang demikian terlukis dalam lagu-Iagu kebangsaan buah ciptaannya, antara lain: Di Timur Matahari, Bendera Kita, dan lagu K.B.!. Tetapi beliau belum puas dengan lagu-Iagu yang telah diciptakan itu. Beliau ingin ada lagu kebangsaan yang lebih tepat dengan jiwa dan perjuangan bangsa Indonesia, menuju Indonesia merdeka. Maka akhirnya selesailah sebuah lagu yang diberi nama ‘Indonesia Raya’.

Lahirnya Indonesia Raya

Dalam Kongres Pemuda Indonesia ke-2 di Jakarta, tanggal 28 Oktober 1928, muncullah seorang pemuda dengan orkesnya ‘Indonesia Merdeka’ dan memperdengarkan sebuah lagu yang baru sekali bagi telinga pergerakan kebangsaan. Isi syair dan lagunya sungguh-sungguh mempengaruhi jiwa semua hadirin dalam kongres itu. Lagu itu ialah lagu Indonesia Raya ciptaan Soepratman, dan diakui sebagai lagu kebangsaan Indonesia. Lagu Indonesia Raya makin terkenal di dunia, namun sebaliknya penciptanya tidak mendapat perhatian seperti lagunya. Beliau hidup dalam kemelaratan dan kekurangan.

Detik Terakhir

Tahun 1932 Soepratman menderita sakit urat syaraf, disebabkan lelahnya karena bekerja keras. Setelah beristiraha: 2 bulan di Cimahi, beliau kembali ke Jakarta untuk mengikuti aliran Ahmadiyah. Sejak April beliau bersama kakaknya tinggal di Surabaya. Sebelumnya beliau bercerai dengan isterinya, karena kesukaran dalam hidupnya. Beliau menderita keletihan bathin, karena banyak cita-citanya yang belum tercapai. Oalam kesukaran ini beliau masih dapat menciptakan lagu ‘Surya Wirawan’ dan ‘Mars Parindra’. Secara mendadak beliau jatuh sakit dan lalu meninggal dunia pada tanggal 17 Agustus 1938. Sehari sebelum wafatnya beliau berpesan kepada Nji Rakijem agar lagu’ Indonesia Raya diserahkan kepada Badan Kebangsaan untuk disiarkan. W. R. Soepratman telah kembali ke haribaan Tuhan dalam usia yang masih sangat muda (35 tahun). Saat jenazahnya diberangkatkan ke makam, hanya beberapa kawannya yang mengiringi. Beliau tidak begitu diperhatikan oleh masyarakat bangsa kita pada waktu itu. Jenazahnya dimakamkan di Surabaya.

Soepratman, seorang pencita ulung, seorang seniman, dan seorang pejuang, telah meninggalkan kita selamanya. Badan kasarnya telah kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi dan tetap berada ditengah-tengah bangsa kita, rela sejiwa dengan bansa Indonesia dan akan tetap bergelora sampai akhir zaman. Marilah setiap saat kita memperinati lagu kebangsaan Indonesia Raya itu, kita berdo’a sekhidmat-khidmatnya untuk arwah W.R. Soepratman, mengenang jasa serta segala pengorbanan yang telah diberikannya untuk kebahagiaan Nusa dan Banga.

Dikutip oleh GEMA dari Buku Kenang-Kenangan 10 Tahun Kabupaten Madiun halaman 168 s/d 171


SUMBER : http://denagis.wordpress.com/2008/10/25/...ahmadiyah/
http://islamireligius.blogspot.com/2009/...nyata.html
http://www.tambooks.com/si/18608.html


Artikel Terkait:

1 comment: